40_Putri Marlen Noviana Tambunan
40_Putri Marlen Noviana Tambunan
Ler 4 minutos

Akankah Arab Saudi Mampu Memberantas Para pemberontak Syaih Houthi?

Gerakan Houthi awalnya merupakan gerakan untuk memperjuangkan hak asasi kaum zaidi (golongan minoritas di Yaman), dan untuk menyediakan layanan pendidikan sosial di saada. Pada awalnya kaum Houthi hanya menuntut pembagian kekuasaan lebih besar dalam pemerintahan nasional. Di pimpin oleh Hussein al-Houthi turun kejalanan sebagai bentuk penolakan sikap pemerintah yang mendukung ekspansi amerika ke irak, akibatnya pemerintah mulai menanggapi serius gerakan Houthi dan mulai Syiahnya. Keseriusan pemerintah ditunjukan dengan adanya intruksi untuk membunuh pemimpin Houthi yakni Hussein Badrudin al-Houthi. Setelah terbunuhnya Hussein al Houthi Gerakan Houthi berubah menjadi gerakan bersenjata tepatnya pada 2004.

Untuk mengembalikan Hadi sebagai presiden dan untuk menghentikan pemberontakan Houthi yang di dukung oleh Iran. Arab Saudi mengeluarkan kebijakan intervensi militer di Yaman pada Maret 2015. 1 September 2019, koalisi Arab Saudi melakukan serangan udara terhadap pusat penahanan Houthi, Yang memakan korban 100 jiwa. koalisi yang dipimpin Arab Saudi yang sebagian besar negara-negara Arab termasuk Mesir dan Uni Emirat Arab melancarkan serangan udara dan blokade laut terhadap pasukan Houthi di bawah kampanye Operation Decisive Storm.

Pada Juli 2015, koalisi yang dipimpin Saudi mampu merebut kembali Aden, Yaman. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi pasokan aliansi Houthi, koalisi Saudi meluncurkan Operation Golden Arrow pada Januari 2016 untuk mengambil kendali pantai barat. Didukung oleh anggota Gulf Cooperation Council (GCC) lainnya, Arab Saudi melancarkan operasi di Yaman pada 26 Maret 2015 dengan kampanye Operation Decisive Storm. Koalisi yang dipimpin Saudi terdiri dari sembilan negara Arab termasuk Arab Saudi, UEA, Bahrain, Mesir, Yordania, Kuwait, Maroko, Sudan dan Qatar, sampai pengusiran Qatar dari koalisi pada Juni 2017 setelah krisis diplomatik Qatar. Tujuan utama operasi ini adalah untuk mengamankan stabilitas di Yaman dan memulihkan pemerintahan nasional Presiden Hadi yang sah serta dipilih secara populer (Saudi Ministry of Foreign affairs).

Ada empat alasan mendasar dibalik kesediaannya untuk menyetabilkan Yaman di bawah pemerintahan Presiden Hadi, yaitu mengamankan perbatasan Arab Saudi, membendung ambisi ekspansionis regional Iran, dan memerangi ancaman teroris dan menjaga keamanan regional (Saudi Ministry of Foreign Affairs). Koalisi yang dipimpin Arab Saudi juga mengutuk Iran karena melanggar embargo senjata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Houthi, tetapi Iran terus menerus membantah tuduhan ini. Alasan penting lainnya mengapa Arab Saudi tertarik pada Yaman adalah akses Sanaa ke selat Bab el-Mandeb yang menghubungkan Laut Merah ke Samudra Hindia dan merupakan gerbang utama Arab Saudi untuk mengekspor minyak Arab Saudi melakukan intervensi militer di Yaman dengan partisipasi banyak negara Arab lainnya.

Arab Saudi yang menganggap dirinya sebagai pemimpin spiritual Islam, khususnya sekte Sunni, hal itu mendapatkan tantangan dari Iran yang memandang dirinya sebagai pemimpin Sekte Syiah Islam. Iran memandang dirinya sebagai pembela ideologi Syiah dengan menghadirkan dirinya sebagai sumber agama, sponsor nilai-nilai Syiah, dan pelindung kelompok-kelompok Syiah di wilayah tersebut. Arab Saudi melihat perang melawan Houthi sebagai perjuangan ideologis melawan Iran dan mengumumkan bahwa tidak ada hasil lain selain kemenangan total yang dapat diterima Saudi menganggap diri mereka sebagai pemimpin sekte Sunni Islam, orang Iran melihat diri mereka sebagai pemimpin sekte Syiah Islam.

Akibatnya, telah terjadi persaingan abadi antara kedua negara untuk kepemimpinan dunia Islam Arab Saudi sebagai negara tetangga Yaman merasa terancam oleh kehadiran bantuan Yaman terhadap kelompok pemberontak Houthi yang membahayakan keamanan negaranya. Kemudian, Arab Saudi dicitrakan di Timur Tengah sebagai negara pemimpin pada regional tersebut, dan Arab Saudi berhak untuk menjaga keamanan dan stabilitas kawasannya. Namun dengan adanya Iran, Arab Saudi menganggap Iran sebagai bentuk kekuatan baru di Timur Tengah yang ingin memberikan pengaruhnya, sehingga posisi Arab Saudi sebagai pemimpin kawasan merasa terancam dan berdampak kepada stabilitas kawasan dengan munculnya kekuatan baru yaitu Iran. Kemudian mengenai citra, memenangkan perang Yaman sangat penting bagi otoritas dan kekuasaan Mohammad bin Salman (MBS), putra Raja Salman, dan yang berikutnya adalah raja Arab Saudi. MBS adalah panglima tertinggi dan wajah perang. Semua mata tertuju pada Kerajaan saat menuju perubahan generasi pertama dalam dinasti, karena MBS Dengan demikian, kekalahan di Yaman memberikan pukulan terhadap kebijakan luar negeri Salman.

Dianalisis dari teori konflik segitiga ABC.

Attitude - pemerintah mulai menanggapi serius gerakan Houthi dan mulai Syiahnya. Keseriusan pemerintah ditunjukan dengan adanya intruksi untuk membunuh pemimpin Houthi yakni Hussein Badrudin al-Houthi. Setelah terbunuhnya Hussein al Houthi Gerakan Houthi berubah menjadi gerakan bersenjata tepatnya pada 2004.

- Arab Saudi mengeluarkan kebijakan intervensi militer di Yaman

Behavior - Sikap memberontak masyarakat Houthi akibat terbunuhnya presiden mereka

contradiction - - terbunuhnya Hussein al Houthi yang menjadi penyebab berubahnya fungsi gerakan houthi yang awalnya merupakan gerakan untuk memperjuangkan hak asasi kaum zaidi dan untuk menyediakan layanan pendidikan sosial di saada menjadi gerakan bersenjata

- Adanya dukungan dari iran terhadap pemberontakan yang di lakukan Houthi

- Arab Saudi yang menganggap dirinya sebagai pemimpin spiritual Islam, khususnya sekte Sunni, hal itu mendapatkan tantangan dari Iran yang memandang dirinya sebagai pemimpin Sekte Syiah Islam.

Daftar pustaka:

Mohammed Hani. (2022, 12 Januari). Siapa Houthi, Kelompok yang Tawan ABK WNI di

Yaman?. Diakses dari: https://kumparan.com/kumparannews/siapa-houthi-kelompok-yang-tawan-abk-wni-di-yaman-1xIHnhAmTN1/1

Priambodo Sigit. (17, 1 Januari). Motif Intervensi Arab Saudi Terhadap Perang

Saudara di Yaman

SEJARAH GERAKAN PEMBERONTAK HOUTHI DAN STABILITAS YAMAN PADA MASA

PEMERINTAHAN ABD RABBU MANSOUR HAD. Diakses dari: http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/25746/G.%20BAB%20III.pdf?sequence=7&isAllowed=y

Hakiki Falhan dan Deasy. (2021). Kepentingan Nasional Arab Saudi dalam kebijakan

Intervensi Militer di Yaman terhadap Keterlibatan Keterliban iran.

Nama: Putri Marlen Noviana Tambunan

Nim: 07041282227105

Dosen Pengampuh: Nur Aslamiah Supli, BIAM, M.Sc

5 visualizações
Adicionar
Mais